Logika Dan Realita

Selasa, 09 Februari 2010

    Alkisah, seorang arif bertemu dengan seorang profesor.
Keduanya berdiskusi mengenai katak, yakni katak Kalimantan yang (konon) mampu melompat sejauh 50 cm. Orang arif tersebut bertanya kepada si Profesor, "Berapa lompatan yang diperlukan katak Kalimantan itu untuk sampai ke seberang sungai Barito?", "Sedangkan lebar sungai Barito adalah 1250 meter."Si Profesor menjawab, "2500 lompatan."
"Menghitungnya sangat mudah. Jika katak itu dapat melompat setengah meter, maka jumlah lompatan yang diperlukan adalah dua kali jarak dalam meter," katanya lebih lanjut.
Orang arif tersebut tersenyum mendengar jawaban si profesor. "Yang diperlukan katak untuk sampai ke seberang", katanya, "hanya dua lompatan. Yang pertama adalah melompat ke air. Setelah itu katak akan berenang. Sampai di ujung, katak baru melompat lagi ke daratan."
------------------------------------------------
kita semua bisa berpikir seperti profesor itu. Pandai dalam logika, namun dungu dalam realita. Dengan logika kita merasa mampu menjawab segalanya. Dengan logika, kita percaya dapat memecahkan seluruh masalah. Apalagi bila kita merasa tak hanya punya logika, namun hafal di luar kepala berbagai teori yang disebut buku-buku teks, dan memiliki segudang pengalaman. Persoalan apa yang tidak dapat diatasi?

- wassalam-


0 komentar: